Bahasa merupakan salah satu ciri khusus seni sastra. Hal tersebut disebabkan bahasa dalam seni sastra bersifat perasaan, mengandung banyak tafsir. Selain itu, bahasa seni sastra tidak saja menunjuk tetapi bersifat ekspresi, tidak hanya menerangkan dan menyatakan apa yang dilaksanakan, namun bermaksud mempengaruhi dan menyatakan apa yang dilaksanakan namun bermaksud mempengaruhi sikap pembaca, membujuk dan mengubah pendirian pembaca.
Dalam dunia sastra, dikenal istilah novel yang merupakan bagian dari prosa fiksi di samping roman dan cerpen. Prosa fiksi merupakan suatu sastra yang sering dipertentangkan dengan genre yang lain, misalnya dengan puisi, namun pertentangan tersebut hanya bersifat teoritis saja. Prosa tidak hanya terbatas pada tulisan yang digolongkan sebagai karya sastra, melainkan juga berbagai karya non fiksi.
Sebagai suatu karya sastra, prosa sering disebut fiksi, teks naratif atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini merupakan suatu rekaan cerita khayalan, sesuatu yang tidak terjadi sungguh-sungguh, sehingga kebenarannya tidak perlu dicari dalam dunia nyata. Novel yang merupakan bagian dari prosa dalam kesusastraan memberikan gambaran sangat luas mengenai pelaku utama dengan pengalaman dan kepribadian pengarang sendiri disertai pengalaman dan keadaan hidup sehari-hari.
Sebagai suatu karya sastra, prosa fiksi menawarkan berbagai problem baik antara manusia dengan manusia, hidup dengan kehidupan, serta manusia dengan lingkungannya. Yang sering menjadi persoalan dalam prosa fiksi merupakan pertentangan antara kaum muda dan kaum tua yang mempertahankan adat istiadat yang menjadi tradisi nenek moyangnya. Sedangkan kaum yang ingin melepaskan diri dari ikatan itu serta membawa nilai-nilai baru dan ukuran baru pula.
Tidak dapat dipungkiri bahwa karya sastra merupakan sebuah kejadian sosial, karena pada hakikatnya sastra merupakan produk sosial. Karya sastra yang berkualitas merupakan penafsiran kehidupan. Sebuah karya sastra dihargai karena ia berhasil menunjukkan segi-segi baru dari kehidupan yang kita kenal sehari-hari, di sini sastra meneruskan tugas kehidupan nyata sehari-hari.
Sudah sewajarnya apabila sastra, yang pada awal perkembangannya tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial, dianggap sebagai unsur kebudayaan yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi masyarakatnya. Segala yang ada di dunia ini aktual hanya merupakan tiruan dari kenyataan tertinggi yang berada di dunia gagasan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji cerita kenangan "Sekayu" dengan menganalisis nilai-nilai sosial dengan judul penelitian "Analisis Nilai-Nilai Sosiologis dalam Cerita Kenangan Sekayu Karya N.H. Dini".
Sebagai suatu karya sastra, prosa sering disebut fiksi, teks naratif atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini merupakan suatu rekaan cerita khayalan, sesuatu yang tidak terjadi sungguh-sungguh, sehingga kebenarannya tidak perlu dicari dalam dunia nyata. Novel yang merupakan bagian dari prosa dalam kesusastraan memberikan gambaran sangat luas mengenai pelaku utama dengan pengalaman dan kepribadian pengarang sendiri disertai pengalaman dan keadaan hidup sehari-hari.
Tidak dapat dipungkiri bahwa karya sastra merupakan sebuah kejadian sosial, karena pada hakikatnya sastra merupakan produk sosial. Karya sastra yang berkualitas merupakan penafsiran kehidupan. Sebuah karya sastra dihargai karena ia berhasil menunjukkan segi-segi baru dari kehidupan yang kita kenal sehari-hari, di sini sastra meneruskan tugas kehidupan nyata sehari-hari.
Sudah sewajarnya apabila sastra, yang pada awal perkembangannya tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial, dianggap sebagai unsur kebudayaan yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi masyarakatnya. Segala yang ada di dunia ini aktual hanya merupakan tiruan dari kenyataan tertinggi yang berada di dunia gagasan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji cerita kenangan "Sekayu" dengan menganalisis nilai-nilai sosial dengan judul penelitian "Analisis Nilai-Nilai Sosiologis dalam Cerita Kenangan Sekayu Karya N.H. Dini".