Genre atau tipe sastra ada tiga yaitu puisi, prosa, dan drama. Puisi sebagai salah satu tipe sastra merupakan inti pernyataan sastra. Di dalam puisi terhimpun segala unsur yang menentukan hakikat kesusastraan. Menurut sejarahnya, pernyataan sastra pada semua bangsa diawali dari puisi, bahkan pada permulaannya, satu-satunya pernyataan sastra yang dianggap kesusastraan merupakan puisi.
Puisi itu karya seni, dan sebagai karya seni puisi itu puitis. Seorang penyair mempergunakan banyak cara untuk meraih kepuitisan tersebut. Untuk meraih kepuitisan itu penyair memanfaatkan tipografi, susunan bait, persajakan, asonansi, aliterasi, kiasan bunyi, lambang rasa, dengan pemilihan kata, bahasa kiasan, dan sebagainya.
Memahami puisi tidaklah mudah. Tipe sastra puisi lain dari tipe prosa. Prosa terlihatnya lebih mudah dipahami daripada puisi. Hal ini disebabkan karena bahasa prosa memanfaatkan tata bahasa normatif, sedangkan puisi biasanya menyimpang dari sistematika bahasa normatif. Di dalam puisi ada konsentrasi unsur pembentuk sastra yang tidak sepenuhnya dapat diraih oleh prosa. Oleh karena itu, sulit bagi kita untuk memahami puisi secara sepenuhnya bila tidak kita ketahui dan kita sadari bahwa puisi merupakan karya estetik yang bermakna.
Sajak-sajak Rieke dalam kumpulan puisi "Ups!" sudah sering dibaca di sana-sini, dan pembacaan oleh penyair sendiri seperti Rieke rata-rata sukses besar sebab sang penyair dapat secara pandai menghidupkan kata-kata dalam puisi yang diciptanya. Penyair dituntut memberi jiwa pada kata dan huruf yang ditulisnya supaya hidup dan merambah berbagai sudut dunia sastra. Sebagai teks, setiap puisi dituntut bisa menembus latar belakang bahasa, budaya, sejarah, dan menawarkan nilai-nilainya sendiri.
Puisi merupakan konstruksi bahasa yang dinamis. Pengertian dinamis menunjukkan puisi itu bukan sesuatu yang terisolasi atau fakta yang statis, melainkan bagian dari tradisi dan proses komunikasi. Komunikasi yang dilaksanakan dalam puisi tidak dilaksanakan secara langsung. Hal ini disebabkan penyair menyampaikan pikiran-pikirannya lewat teks bernama puisi dengan estetikanya dan pembaca sebagai pemberi makna.
Bahasa puisi bersifat konotatif. Konotasi yang dihasilkan bahasa puisi lebih banyak kemungkinannya daripada konotasi yang dihasilkan bahasa prosa dan drama. Oleh sebab itu, puisi sulit ditafsirkan maknanya secara tepat tanpa memahami konteks yang dihadirkan dalam puisi. Puisi diciptakan penyair dalam suasana perasaan, pemikiran, dan cita rasa yang khas sehingga bersifat khas pula.
Karena puisi merupakan sistematika yang kompleks, tersusun dari bemacam-macam unsur dan sarana kepuitisan, maka untuk memahaminya secara penuh perlu dianalisis. Ada berbagai cara dalam menganalisis puisi. Ada analisis dari segi bentuk dan ada pula analisis dari segi isinya. Namun demikian, analisis yang mempunyai sifat dikotomis, yakni pembagian antara bentuk dan isi belumlah memberi gambaran yang nyata dan tidak memuaskan.
Memahami puisi tidaklah mudah. Tipe sastra puisi lain dari tipe prosa. Prosa terlihatnya lebih mudah dipahami daripada puisi. Hal ini disebabkan karena bahasa prosa memanfaatkan tata bahasa normatif, sedangkan puisi biasanya menyimpang dari sistematika bahasa normatif. Di dalam puisi ada konsentrasi unsur pembentuk sastra yang tidak sepenuhnya dapat diraih oleh prosa. Oleh karena itu, sulit bagi kita untuk memahami puisi secara sepenuhnya bila tidak kita ketahui dan kita sadari bahwa puisi merupakan karya estetik yang bermakna.
Puisi merupakan konstruksi bahasa yang dinamis. Pengertian dinamis menunjukkan puisi itu bukan sesuatu yang terisolasi atau fakta yang statis, melainkan bagian dari tradisi dan proses komunikasi. Komunikasi yang dilaksanakan dalam puisi tidak dilaksanakan secara langsung. Hal ini disebabkan penyair menyampaikan pikiran-pikirannya lewat teks bernama puisi dengan estetikanya dan pembaca sebagai pemberi makna.
Bahasa puisi bersifat konotatif. Konotasi yang dihasilkan bahasa puisi lebih banyak kemungkinannya daripada konotasi yang dihasilkan bahasa prosa dan drama. Oleh sebab itu, puisi sulit ditafsirkan maknanya secara tepat tanpa memahami konteks yang dihadirkan dalam puisi. Puisi diciptakan penyair dalam suasana perasaan, pemikiran, dan cita rasa yang khas sehingga bersifat khas pula.
Karena puisi merupakan sistematika yang kompleks, tersusun dari bemacam-macam unsur dan sarana kepuitisan, maka untuk memahaminya secara penuh perlu dianalisis. Ada berbagai cara dalam menganalisis puisi. Ada analisis dari segi bentuk dan ada pula analisis dari segi isinya. Namun demikian, analisis yang mempunyai sifat dikotomis, yakni pembagian antara bentuk dan isi belumlah memberi gambaran yang nyata dan tidak memuaskan.